Jumat, 02 Mei 2014

MANEKIN ( sebuah cerita pendek untuk jingga )


Manekin




“ Dan diam, adalah bahasa yang di pahami alam, hanya diam “





Aku bisa jatuh terlena, menikmati aroma tubuhnya yang di bawa angin ketika ia melewatiku, aroma lehernya seperti jeruk, menyegarkan, dan bisa saja aku mulai bergairah ketika dia mengerayangi pakaianku, menyentuh kulit tanganku hingga paha, jarinya yang lembut membuat aku hampir saja berimajinasi bercinta dengannya disaat toko sudah tutup, menikmatinya di sekelilingku dengan khidmat membuat aku hampir saja tertangkap basah sedang mengikuti geraknya dengan mataku, ahhhh rasanya aku ingin sekali bertanya siapa namanya, kemudian saling bercakap – cakap banyak hal, mengenai semua hal tentang keduanya yang sama – sama ingin di ketahui, saat malam semakin larut, kata – kata menjelma gerak, ciuman – ciuman mengambil peran pertama. Aku sadar betul di sampingku, manekin laki – laki bergaya kantoran itu sedang memperhatikanku, mungkin ia risih akibat gerak – gerikku yang  bisa saja membahayakannya, tadinya aku tak mau ambil pusing, tapi aku berfikir mungkin benar juga jika seharusnya aku menjaga sikap, apa jadinya nanti jika pengunjung toko menangkap basah sebuah manekin bergerak atau orgasme.
Sudah tiga hari ini laki – laki itu datang ke toko tanpa membeli satu helai pakaian pun, dia hanya melihat – lihat manekin laki – laki di sebelahku, sesekali dia iseng meraba – raba aku dengan mata yang tetap memandangi harga jas  yang di pasangkan pemilik toko di kerah jas manekin disampingku, aku  nikmat bukan kepalang, bagaimana tidak jarinya menekan – nekan pahaku, apa dia tidak berfikir bahwa aku ini hidup, walau jasadku hanya sebuah patung beku dan kaku, yang bisa saja rusak, tapi jiwaku tetap hidup, jiwaku hal yang sakral dan nyata, merasakan segala nyeri dan bahagia, kecewa juga menyesal, tak terkecuali nikmat yang di alirkan jari – jarinya di atas kulitku, tapi benar, dia mana mungkin mengetahuinya, bergerak sedikit pun aku tidak melakukannya, mungkin sesekali hanya mataku, itupun jika tak ada pengunjung yang berada di sekitarku, itu sebabnya mungkin dia semakin asik mendamparkan lengan dan jemarinya di kulitku, atau mungkin dia sedang berimajinasi andai aku hidup dan ia ingin bercinta denganku, karena tidak bisa di pungkiri, meskipun aku sebuah manekin, tubuhku tak kalah sexy dengan wanita hidup, mungkin aku lebih sempurna, tubuhku tinggi langsing, dada ku besar padat, pinggang ku kecil, bokongku bulat sempurna, walau terbungkus pakaian bersegel harga, tubuhku membentuknya sempurna. Dia melenggang pergi menuju sebuah coffee house di sebrang toko ini, mataku membuntuti, beruntungnya aku karena  tak ada satupun penghalang yang bisa menghilangkan bayangannya, aku terus melihatnya hingga masuk, memesan, dan menikmati secangkir coffee, dia duduk hanya seorang diri, aku mulai lagi berimajinasi, andai tak ada yang peduli aku ini hidup, sehingga takan ada satupun yang terkejut jika aku bergerak, aku akan menemaninya, minum coffee bersama sambil membicarakan hal yang menyenangkan, pastilah membahagiakan, tapi kembali lagi pada dunia nyata, aku ini hanya sebuah manekin, dan hanya jiwaku saja yang dapat mengelana.
Dia memandang kesini, melihat lagi manekin di sampingku, mengeluarkan dompet dari sakunya, mengintip, melihat lagi kesini, lalu melenggang pergi, aku penasaran apa yang sebenarnya dia cari, apa alasan dia kesini, memandang dan kemudian pergi begitu saja, sungguh itu hal yang membuat aku gila, bagaimana tidak, aku jatuh cinta kepada seorang laki – laki yang entah apa alasannya datang berkunjung ke toko ini, dan akibat dari perbuatannya itu membuat aku tergila – gila sampai hampir gila. Malam sudah larut, senja pulang dan tidur, malam siaga menjaga alam, bintang dan bulan mulai bersaing berdandan, yang menor adalah yang cantik, bukankah manusia lebih menyukai riasan bintang dan bulan yang menor, sehingga cahayanya menyita mata – mata untuk menikmati pesonanya, lalu apa yang terjadi pada riasan bintang yang di poles bedakpun tidak, ia redup, ia terabaikan, ia di anggap tak ada, tapi ia ada, dengan cahaya yang meletup – letup, nyala, padam, nyala, padam, kemudian mati, tapi itulah hidup, keseimbangan yang takan pernah seimbang.
Laki – laki itu baru saja keluar dari coffee house sebrang toko, ia menatap kesini kemudian mendekati, tunggu, ia menatap aku, kali ini ia menatap aku, tepat di mataku, bagian tubuh yang selalu menjadi yang paling bodoh belajar berdusta, lalu ia menatap lagi manekin sebelahku, ah aku benar – benar kesal, apa yang kurang menarik dariku, yang membuatnya lebih memilih memandangi berulang kali manekin kaku bergaya kantoran di sebelahku itu. “ Uang ku masih tak cukup “ gumamnya lirih, aku menemukan alasannya mengapa dia selalu saja datang kesini, dia mau membeli jas yang di peragakan manekin sebelahku namun uangnya masih belum cukup untuk membeli. Dia bersandar di kaca toko, kemudian duduk di teras jalan, tak ada penghangat yang dia kenakan, jaket atau semacamnya, padahal cuaca sedang dingin – dinginnya, angin sedang jatuh cinta dan kasmaran kepada dedaunan, sebab itu angin berlari –lari kencang, hembusannya membuat daun – daun menari dan melihatnya demikian membuat angin kehilangan arah, namun mereka tetap sepasang kekasih yang saling mengisi juga melengkapi. Lengannya memeluk tubuh sendiri, dari mulutnya keluar hembusan uap – uap akibat dingin, dari sini, dari jarak yang bisa saja aku tempuh untuk memeluknya, tapi aku memilih diam, dan sepanjang koridor toko, pelukanku adalah lampu – lampu yang menggerayangi tubuhnya, memeluknya tanpa tubuh adalah cara yang bisa ku tempuh saat ini, sampai doa yang ku pos kan kepada Tuhan sampai, untuk mengubahku menjadi manusia, itupun jika Tuhan tidak memilih – milih doa mana dan siapa saja yang dapat di kabulkan, jika begitu apalah arti sebuah doa dari manekin yang ingin menjadi manusia.
Sudah beberapa hari ini dia tak datang berkunjung, banyak pengunjung lain yang menggerayangi aku, ada wanita ada juga pria, jari – jarinya membuat aku jijik, enak saja mereka menyentuh aku. Kulitku, tubuhku hanya untuk laki – laki itu, tapi dia ada dimana ? apa dia baik – baik saja, aku rindu di sentuh. Sepanjang hari aku berdoa kepada Tuhan yang semoga saja tak menimbang – nimbang doa sebuah manekin pantas di kabulkan atau tidak, aku berdoa dari pagi hingga malam,  detak jarum jam membuat aku ngilu, sebab sudah berapa banyak waktu yang membuat aku semakin tersiksa karena rindu bertamu di sepanjang kulitku, dan berjuta – juta dia berjalan – jalan di ruang kepalaku, aku melihat ke sebrang toko ini, kau yang biasanya disanapun tak ada.
Dua hari tanpa kedatangnya membuat aku tak karuan, aku menangis tak tahu waktu dan tempat, hampir saja seisi toko tengah mempergokiku, karena aku menangis di saat toko ramai, seorang pengunjung heran melihat dari mana air di mataku ini, padahal jika bocor dari atap hujan pun tidak, aku hampir menjadi perhatian banyak orang, oh Tuhan dimana dia, aku bosan menunggu dan menunggu, aku rindu, sungguh, kulitku ibarat tanah gersang terbelah yang membutuhkan hujan bertahun – tahun, aku rindu di sentuh jari – jari nya. Dua hari penuh dengan sepi, walalu suara tawa dan perbincangan banyak orang disini tetap membuat aku merasa sendiri, suara – suara yang masuk ibarat sebuah kilat dan hanya sesaat, padahal di luar sadarku kilatnya menggeleggar, begitulah ramainya seisi toko ini, dan itulah rupa sepi hatiku. Kesepianku ini seolah di rahasiakan langit senja yang sedang cantik – cantiknya, itu sebabnya setelah bertemu dengannya aku selalu memuja langit senja yang pandai menjagaku dari lemah, demi tidak di ketahuinya, jika langit abu – abu, murung, dan menekuk dagu, comel sana sini bahwa aku tengah kesepian dan sesekali menangis, lalu siapa yang akan berbohong dan menjaga kelemahanku agar tidak menjadi buah bibir. Senja selalu menjadi yang terbaik di hati siapapun bukan, senja yang selalu menyita semua mata, senja keemas – emasan yang merah.
“ permisi mba, saya mau beli jas yang di pajang disana “, “ baik mas akan saya sediakan “.
Begitulah percakapan yang ku tangkap di belakang tubuhku yang kaku dan terpajang di depan toko, suara yang akrab dengan telingaku, suara yang lirih mendayu – dayu, suara yang menjelma lagu kebahagiaan, suaranya. Aku menyelipkan pelukan – pelukan tanpa tubuh di saku jas yang di pakai manekin laki – laki di sebelahku, jas ini akan dibeli laki – laki itu, jas ini akan di kenakannya, bersama pelukanku, yang akan menjaganya dari dingin, yang akan membuatnya tetap hangat, aku tak peduli mungkin dia akan merasa kegerahan atau semacamnya, pelukanku akan terus mengelana di sepanjang tubuhnya.
Setelah hari itu, batas aku menatapnya hanya di batasi jalan, dia tidak lagi berkunjung kesini, dia rutin datang ke coffee house, sekedar untuk bersantai sambil minum coffee dan menatap tanpa bosan perpisahan senja dengan Alam, aku menikmatinya dari sini, rasa rindu masih menggebu –gebu walau beberapa terselesaikan, namun dagaha di kulitku masih membara, terakhir berkunjung jarinya tak lagi menekan – nekan pahaku, padahal aku sangat ingin, hal itu sudah seperti candu yang membuat aku sakau. Dari hari ke hari memandanginya dari sini adalah satu – satunya cara yang dapat aku tempuh, meskipun aku dapat berlari menerobos kaca, tapi tak akan aku lakukan, banyak hal yang akan terjadi jika begitu, dia akan gila karena dia dicintai sebuah manekin, dan aku akan kehilangannya, kemungkinan terbaiknya adalah, dia memang sudah gila dari dulu dan akan menikahiku. Namun apalah arti cinta dari sebuah manekin yang terpajang sempurna di balik kaca toko, sementara keajaiban masih tidak mungkin hinggap di kehidupan sebuah manekin, biarkan laki – laki itu hidup selamanya dalam ruang kepala yang sudah terpenuhi berjuta – juta wajahnya, dan biarkan pula, kemarau panjang meretakkan kulit – kulit yang haus akan sentuhannya. Manekin itu selamanya terperangkap dalam bayang – bayang laki – laki beraroma jeruk yang menyegarkan, selamanya.


Senin, 17 Juni 2013

" aku tak menemukan judul : tapi aku fikir seperti ini di ambang sekarat "



Saat merindukanmu terasa bak angin badai yang dengan lembut membawa perlahan bulu-bulu sayapku, menjadikannya tak berdaya.dan engkau serupa burung-burung yang terbang hampir sampai angkasa.

AKU BENCI WAKTU yang mencuri hari itu , dimana masih teringat jelas , kita menyentuh angkasa mengelilingi sejagad langit bersama-sama , engkau membiarkan sayapku tertutup , kemudian engkau mengikat tubuhku diantara tubuhmu , mengikatnya dengan kedua lenganmu yang lembut . dan kemudian engkau berkata : ini sayapku yang akan membawa kita terbang kemanapun untuk mengunjungi rumah-rumah kerinduan .

Tapi hari bahkan tak memiliki kembaran yang sama , suara tawa kemarin dan bahagia yang pada saat itu kehabisan tempat , kini menjadi bunga-bunga yang bibirnya bergetar seperti orang yang kehausan , bunga-bunga yang saling mekar di atas nisanku sendiri .Sementara rindu dan engkau , kini laksana sebuah buku yang halaman-halamannya tidak dapat aku pahami , namun pujian-pujian dalam puisi atas namamu tidak pernah selesai kubaca.membuat penderitaan rindu kian membakar aku .

Cinta memberikan aku lidah , yang sedari pertama begitu gemar melagukan puisi cinta ditelingamu , sembari menciumi engkau bertubi-tubi hingga pagi menemukan kita yang tengah ditelanjangi gairah kita sendiri .Cinta juga memberikanku mata , yang membuat aku kehausan wajahmu setiap hari , dan mata yang cinta berikan ini paling gemar aku pakai sebelum kita akan saling bercinta , dan mata inilah yang paling pertama menelanjangi engkau hingga tak ada seinchi kulitmu yang berhasil melarikan diri .

Kala itu dimana kita saling di hujani gairah kita masing-masing , dimana ketika sepasang mata kita saling bersenggama , engkau kulihat seperti arak yang diilhami Tuhan , untuk aku minum berkali-kali , hingga aku mabuk , bahkan hingga aku mati .

dan karena ini , mencitaimu bak candu , melahirkan praha yang tak terduga , serupa bertopeng dua , mencintaimu laksana membuka dua pintu dan menutup satu pintu , dimana keduanya hanya rindu dan nafsu , dan yang tertutup itulah kenyataan dimana penderitaan tidur telanjang .

Aku baru terbangun malam ini , dimana seharusnya ranjang ini menyaksikan kita saling melumat ciuman dengan mesra , tapi yang nampak hanya tatapan muram kenangan yang saling menggantung dibalik pintu , pancaran kelopak matanya menimbun tanya , aku tafsirkan mereka rindu laki-laki yang biasanya di atas tubuhku  , menafkahi rindu .

Aku benci waktu mencuri ilmu pengetahuanku , dan menjejalnya dengan kebanyakan wajahmu , tubuhmu , manisnya mulutmu , dan hangatnya . ..

Malam ini aku terbangun , dan telingaku sakit  mendengar suara tawa pengetahuan yang berkata sambil meludahi aku : Tubuhmu melukai dirimu sendiri , saat membiarkan tubuh laki-laki itu menyatu diatas tubuhmu , kemudian cinta telah kau racuni dengan rindu palsu yang takarannya melebih kerinduanmu kepada Tuhan , dan cintamu berbalik menikam , begitupun rindu , bukan membawa laki-laki paling kau cinta duduk lagi di atas ranjang berdua kemudian saling menelanjangi rindu masing-masing .namun semakin kau ucap rindu , rindu menikam menabung kehilangan dan penderitaan , rindu mendustaimu , kala ia pertama datang menjanjikanmu kebahagiaan yang amat sangat banyak , hingga tak ada tempat untuk kau simpan kebahagiaan itu sendiri , namun inilah kebahagiaan yang rindu itu janjikan , beruba sengsara yang tak kenal masa , keajaiban mungkin akan membantumu melupakannya , namun keajaiban takan mampu menghapus jejaknya di rumah jiwamu , apalagi batin yang terlanjur dicintai luka .

aku diam tertegun sendiri , memeluk dada yang lupa cara bernafas , pengetahuan membuat aku diserang pertanyaan-pertanyaa , akankah ini tipudaya yang laki-laki itu berikan , ku fikir lagi , hanya aku sendiri yang membilang rindu menjadi angka tak terhingga , dan hanya aku pula yang tubuhnya kelaparan , dan aku pula yang selalu mengucap rindu dan melagukan puji-pujian atas namanya . dan yang paling membuat sayatan amat dalam adalah bahwa aku mengetahui hanya akulah yang hafal jalan menemukannya yang terdampar kehausan dengan bibir-bibir kering dan bergetar .


tapi aku berfikir lagi , aku melakukannya hanya karena aku diundang .
jadi aku rasa ia merindukan aku hanya karena ranjangnya sepi .
dan tubuhnya ingin di telanjangi , dilumat , dan di hujam dengan rinduku yang nyaris gila .
ahhh tapi cinta lagi-lagi menunjukan jalan buntu , tak ada pengetahuan yang berhasil membebaskan aku dalam jalan buntu di fikiranku sendiri .


Malam ini aku terbangun dan kemudian pengetahuan menerkam aku dengan penyesalan .
Aku ingin berlari , satu detik aku berfikir ingin menuju ke tempatmu , untuk memeluk engkau dan menghujam engkau dengan antrian pertanyaan di kepalaku , namun aku berfikir lagi , aku tidak cukup kuat melerai berdebatan cinta dan pengetahuan , aku takut kelak aku semakin menjadi abu dibakar penderitaan yang kelaparan . 
dan akupun tak cukup pandai melindungi diriku sendiri dari luka yang kini datang dan duduk di tepi ranjangku , yang kapanpun dapat melukai aku dengan ingatan-ingatan dari kenangan-kenangan yang menggantung di setiap sudut kamarku .


Malam Ini aku ingin berlari , bukan ke tempat dimana engkau berada , namun aku ingin menuju lautan , atau menuju induk lautan yaitu samudra , dan atau menuju hutan belantara yang tak ada manusia sejenis aku , yang ada hanya cahaya-cahaya , suara hilir air yang tenang , atau gelap yang paling menyesak , ahh apapun itu aku hanya ingin menuju ke tempat yang menawarkan kesunyian paling lembut .


Ini rindu paling pengkhianat , mendekatkan penderitaan dan membuat aku sekarat .
Dan cinta yang memiliki tahta di hatiku sendiri , yang memberikan banyak kebahagiaan , kini menjadi hal yang paling muram di setiap musim , sesekali menjadi hal yang paling menakutkan untuk aku sentuh-sentuh lagi , apalagi membiarkan cinta menyetubuhi aku dan nalarku .


Lidah yang diberikan cinta kini bahkan kelu dan kehilangan kekasihnya yaitu kata-kata.
Mata yang juga diberikan oleh cinta , tak lagi pandai menemukan semua yang tersembunyi , kini bahkan mata menjadi yang paling terluka , sebab ia yang paling perih menatap engkau pergi .
untuk engkau yang tak aku pahami  .


bagaimana engkau menemukan cara paling lembut meninggalkan aku dan melepaskan aku diam-diam ? tanpa membiarkan aku menjumpai kesempatan menahan engkau bahkan memeluk engkau lebih kuat dari yang biasanya aku lakukan .
sayang engkau bahkan mengendap-endap membiarkan aku hanya mengetahui kepergianmu selangkah lagi menuju hilang . . . . . . . . . . .


musim semi yang paling penuh cinta kini menisankan diri bersama aku , di atas kuburanku sendiri rindu mengelilingi setiap waktu , menghujani aku dengan puisi-puisi kesunyian , dan badai datang di baliknya melagukan penderitaan begitu haru , begitu lembut , begitu linu . . .


sayang , ku fikir alangkah lebih adilnya jika kepergianmu meninggalkan cara untuk membantu aku melerai diri dari penderitaan , mataku lelah menangisi rindu yang tak kau nafkahi lagi . aku rindu amat teramat rindu engkau yang tak ku temu lagi .


puisi ini tak ku temu temannya , ia hanya mengalir dari hati dan di persembahkan pada seutas kertas oleh pena , ibarat aku menari-nari di atas tubuhmu dengan tawa dan desah panjang , namun kini berelai air mata . 
dimanapun engkau ku harap puisi ini sampai , mendekap engkau , mencium engkau bertubi-tubi , aku mohon jangan engkau biarkan usang , jangan engkau tiggalkan , ini hanya puisi yang memelihara banyak makna yang aku harap kau pahami .
ini hanya puisi . ini bukan aku .
jadi jangan tinggalkan lagi . . .
ini hanya puisi . .
                                                                           
   KARYA : RAHMA AMA




Senin, 10 Juni 2013

PERIHAL GADIS PENGKHAYAL

seorang gadis dan kekasihnya  yang maya, saling melempar tawa setiap malam memeluk mereka , tidur bersama , bermimpi bersama dalam nyata.
tak ada yang sedang berimajinasi , gadis yang tertawa bukan pura-pura , begitupun kekasihnya yang maya bukan ilusi.

ada hujan yang saling tumpah dikelopak mata bundar sang gadis, saat ribuan pasang mata menuduhnya gila, telinganya kadang ia harap tuli, karena banyak kata yang sesekali memutilasi hatinya.

mata mereka menuduh sang gadis gila, dan pengkhayal yang nanar dan tak wajar.
hanya karena , setiap hari ia tertawa bahagia dengan seorang laki-laki dalam maya , setiap malam ia tak pernah tidur hanya untuk menunggu kekasihnya datang , dan sesekali ia berdandan bak pengantin dengan gaun malam untuk sebuah pertemuan dalam maya , atau bahkan bukan untuk pertemuan .

gadis yang mereka sebut pengkhayal , sesekali di temukan malam menangis sendiri terisak , menutup mulutnya meredam suara, tepat jam dua pagi ia berdandan lagi , menabuhkan hiasan tebal di sekeliling matanya yang lebam , karena waktu pertemuan telah datang dan ia harus terlihat bahagia ,

gadis yang mereka sebut pengkhayal , selalu mengulang-ulang doa , berharap kekasihnya jatuh dari surga dengan nyata , atau Tuhan datangkan tiba-tiba saat ranjangnya mulai merasa sepi .

gadis yang mereka tuduh gila , hanya karena ia selalu tertawa setiap hari dengan kekasihnya yang maya .
terkadang membenarkan tuduhan mereka, ia mulai merasa bahwa gila itu memang ia , pada saat rindunya saling berhamburan merasuki tubuhnya sendiri , mengunci ketidakberdayaannya .
mulutnya serupa bisu , padahal ia ingin sekali meneriakan kalimat paling luka di hatinya . ia ingin sekali mengatakan banyak kata kepada kekasinya . ia ingin sekali meminta kekasihnya pulang dan memeluknya di depan sepasang mata dan ribuan kalimat yang membuatnya kian tak berdaya .
ia ingin sekali kekasihnya menyentuhnya dengan nyata .
ia ingin sekali memperkenalkan kepada dunia, bahwa kekasihnya itu ada dan tak maya .
ia ingin sekali menulis puisi di tubuhnya sendiri sambil memandang wajah kekasihnya dekat-dekat ,agar kata-kata saling melompat mengetuk pintu imajinasiku .
ia ingin sekali luka dan rindunya berkurang , dengan kedatangan kekasihnya yang membawa bahagia .

ia ingin sekali , ia ingin sekali , ia ingin sekali , jatuh dan terbentur kemudian lupa semua hal .
lupa bahwa kekasihnya , malam ini telah memilih membenarkan tuduhan mereka bahwa ia memang maya .
dengan kepergiannya , bukan kedatangannya .

gadis itu , ia ingin sekali tidur malam ini .
tidak menunggu lagi .



" sambil menyapu pipiku yang basah , aku berhenti menulis , perihal gadis pengkhayal yang mereka tuduh gila,  aku benarkan . . . . . .  . . . . . "







Aku fikir terlalu dini . . .

barangkali terlalu dini , kita saling berbagi sapa setiap hari , mau tak mau cinta datang menjamu walau tanpa disuruh, dan lagi lagi rindu harus aku tuai sebelum musimnya, ini terlalu dini ,  membebaskan hati untuk kau masuki sesuka kamu mau .
ini bukan hal wajar dan tak seharusnya, aku mempercayai kata-kata surga dari mulutmu , dan kemudian dibuat gila pada sepasang matamu , hanya dalam batas maya .
seharusnya cinta itu tumbuh ketika kita saling sentuh.
tapi hati telah memilih maunya , dan kamu ia sebut-sebut dan angan-angankan. pabila hati telah memilih maka sikap memerintah rindu tumbuh mekar sebelum musimnya.

lalu aku bisa apa ? dibuat gila dan tak kau sisakan daya, untuk menjadi pilar bersandar saat tiba-tiba kamu lekang pergi meninggalkan janji dan aku .
lalu aku bisa apa ? ahh aku fikir ini terlalu dini , menjatuhkan hatiku pada namamu, dan menuai rindu setiap hari lebih dulu dari pada musimnya.

sudah kubilang ini terlalu dini . membebaskan hati untuk kau rasuki sesukamu, sesekali datang dan pergi dan aku tetap merasa bahagia .

ini terlalu dini , tak ada yang nampak tertatih , baik kamu maupun aku , tapi setidaknya aku selalu merintih merindukan tubuhmu, merindukan hangatnya , merindukan sepasang mata , dan kamu yang nyata .
aku merindukan sentuhan , untuk menjadikan cinta itu benar-benar mengikat kita.
tapi sudah kubilang ini terlalu dini
aku masih tertawa bahagia , menemukan mu dan di hujani kata-kata paling indah, belum sempat bibirku jatuh dan tawa itu luntur , aku di datangi resah kehilanganmu , dan mataku terluka melihat sepasang mata yang ku gemari perlahan menghilang dan memudar.

ini terlalu dini , meyakinkan diriku sendiri bahwa kamulah kendaraan bahagia menujuku, padahal kau serupa pelangi yang datang lebih dulu daripada hujan yang selalu tepat waktu .
bahagia memang datang bersamamu , dan pulang bersamamu.

aku fikir ini terlalu dini untuk kehilanganmu .
aku masih ingat rasa tawa dan bahagia saat dihujani kata-katamu .
dan kini hujan deras saling tumpah dari mataku .

aku fikir ini terlalu dini .
menyebut namamu dalam kalimat doa yang di ulang-ulang . berharap Tuhan membantu aku menjagamu untukku sendiri , padahal cermin memantulkan yang lain , ia mendengar kamu berharap Tuhan membantumu menemukan cara paling lembut melepasku :)





saat perpisahan itu , aku masih berharap bahwa kau sedang bermimpi dan lekas pulang, ke pelukanku , , lagi ,
memberikan aku kesempatan menemukanmu bukan dalam batas maya , tapi nyata ...

Selasa, 23 April 2013

Perempuan yang melukis wajah

katakan saja pena dan pensil serta kanvas pucat itu adalah kekasihnya,
sebab wanita itu selalu menyetubuhi mereka,
tak puas-puas sampai pada seluruh tubuhnya menjadi bidang semua warna menari.

ini sebenarnya serupa penawar rindu,
 ketika laki-laki itu membiarkan wanitanya tidur pulas tanpa sebuah sapa dan ciuman dibibirnya,
sebenarnya kanvas dan kawan-kawannya itu adalah pelampiasan amarahnya.
betapa  . . betapa rindu menyengsarakan ia sedemikian tega.

melukis lagi dan lagi tanpa peduli ia lelah,
baginya bermandikan cat air dan membiarkan tubuhnya tumbang di atas kanvas, adalah kepuasan,
nuraninya terbebaskan , batinnya terpenuhi, setiap kali ia menciptakan wajah kekasihnya , setiap kali ia menitikan air mata, lukisan itu hidup, mendekapnya, menciumnya.

dan mereka tidur bersama, berdekapan, kata ilusinya bibir laki-laki itu tak pernah lepas dari kening wanitanya sampai pagi .


Jumat, 24 Agustus 2012

tanpa judul :)


2012-04-18
B.1
Ketika tangan Tuhan menyentuh keabadian di antara dua jiwa adam dan hawa , dan kemudian tangan itu melahirkan jiwa ketiga, jiwa yg di ambil di antara bukit-bukit tinggi asmara, dan perlahan turun di persimpangan lembah duka dan air mata,  ohhhh bukan di jiwa kami ia turun dan tinggal, namun di dalam jiwaku saja, dan bukan beserta bahagia ia datang, namun dengan duka, yang ia sebut sebagai kekasihnya, angin membicarakan perihal rahasia Tuhan yang ia dengar ketika badai musim semi itu datang, rupanya Tuhan mendekapku dengan ketakutan dan kesakitan, dan menyembunyikan tawa bahagia sampai berkesudah semua duka, dan ternyata Tuhan menguji jiwa yang ia tau kian beranjak dewasa.
  Ohhh ia mengujiku dengan Cinta, cinta yang tak bisa bahkan tak mampu untuk ku beri arah, ia melaju semau-maunya, menggila sejadi-jadinya, bukan tanpa sebab, ia hanya memilih yang pantas untuk cinta, tak pernah ingin perduli bahkan mengerti, cinta memilih tanpa memilah, baik kepada yang sempurna bahkan terlampau tak sempurna, yang suci dan yang kotor, yang alim dan yang dzolim, yang kaya raya dan yang miskin,  cinta hanya menunjuk tanpa di tunjuk, cinta memilih tanpa nafsu sebab ia melaju suci tanpa membawa dosa-dosa anak manusia, ia terlahir dari tangan Tuhan yang agung dan di berkati, untuk para pemilik cinta, dan yang mutlak ialah rahasia duka dan bahagia .
di jiwaku cinta tlah bertempat dalam semestaku, aku tak pernah memanggil, bahkan mengundang, ia datang dengan begitu , tanpa aku sadari, tanpa syarat apapun ku persilahkan, dan tanpa apapun ia mengarahkan seluruh kehidupanku, aku ingin berlari tapi aku fikir sudah begitu terlambat, aku ingin mencoba menepis namun ternyata aku fikir aku terlalu naif, sebab aku menikmati meskipun semua rahasia masih bungkam dan tak mulai berbicara.
Aku bisa apa ?, ku tanya pada malam buta, aku harus apa ? ku tanya pada pagi yang bisu, apa yang terjadi ? ku tanya pada senja yang malu-malu, namun semua hanya berpura-pura lugu dalam mata yang tak akan bisa berdusta.

B.2
Aku tlah menikmati banyak cinta, namun dalam cinta ini aku merasa begitu berbeda, sebab aku jatuh cinta kepada seseorang yang begitu  istimewa, replika hidupnya seperti seniman penikmat sunyi dan kedinginan yang indah, gelagatnya seperti pelukis cahaya yang mengabadikan semua goresan awan melalui mata-mata lensa, dan perjalanannya seperti vespa tua yang mengetahui banyak cerita jalan-jalan jalang yang lugu serta bisu, ia istimewa seperti IBU ku sebut begitu.
 Hampir tak pernah terhitung namanya ku sebut dalam doa, hampir tak terhitung pula banyak bayangannya menari-nari dalam asa, ia pekat dan melekat, ia kuat dan membekaskan rindu saat senyumnya melambai dan menghilang, ia mengalahkanku dan senja yang mencoba membawanya tenggelam , ia terlalu kuat dan aku mencoba membunuhnya dengan doa-doa.
Aku menimkati karya surga dimatanya, ketika ku coba rasuki apa yang ada di dalamnya, meski cinta berbinar dalam mataku, namun ku mencari tak sedikitpun ku temukan di dalamnya, sebab kita berbeda, dan takan pernah sama, namun cinta mengajarkanku mengalah, sebab itu aku hanya mampu diam, karena aku tau aku telah terkalahkan, bukan karena dirinya, bukan karena apapun, melainkan cinta yang telah tumbuh dan meluas dalam semesta kehidupanku.
B.3
Mendengar suaranya bak menelan seluruh air samudra dan membuat aku sesak, rasanya aku ingin menggulung habis semua angkuh jiwanya dengan anak-anak ombak yang kelaparan, namun aku berada di ujung malam buta sementara ia berada di atas senja dengan jingga yang elok, dan aku tahu malamku tak cukup kuat dan berani meminang senja yang keindahannya telah di perdengarkan oleh semesta, terlampau jauh ia mengangkasa, meninggalkan gemuruh asmara yang masih menengadah di bawah telapak kakinya, sementara ia pergi meninggalkan bekasan jejak rindu yang membara.
B.4
Seseorang bertanya kepadaku, “ seistimewa apa ia bagimu “ , jawabku sederhana ku sebut ia seistimewa IBU,  kemudian ia bertanya lagi kepadaku, “ bagaimana mengenai cinta bagimu “, aku terdiam sejenak mencoba mencari-cari jawaban yang paling baik, Dan kemudian merangkainya menjadi sebuah bahasa hati, “ cinta adalah pengilhaman jiwa, yang menjadi perantara wahyu dari Tuhan, merasuki semesta kehidupan anak manusia, menerobos dan tinggal lebih lama, melahirkan rindu-rindu dan sejuta rasa dunia bagi mereka yang di hadiri cinta, cinta yang tulus adalah ketika ia tidak mempunyai banyak alasan untuk menjelaskan mengapa cinta ada, kemudian akan senantiasa mengikuti semua arahan cinta dan menikamati semua tuntuttan cinta, cinta yang tulus tidak akan pernah ada untuk memaksa, seseorang yang sedang jatuh cinta akan menjaga kesucian cintanya hingga ia benar-benar tumbuh tanpa dosa-dosa dan nafsu supaya kelak akan menjadi energi yang menguatkan, tidak pernah memperdulikan meskipun hati memadang ke dua arah yaitu sisi bahagia dan duka bak kedua belah mata pisau yang runcing dan tajam, cinta yang tulus akan tetap melaju, bersorak meski hatinya menjerit, takan pernah perduli sebab dalam hayatnya akan selalu mengarah pada belahan jiwanya, semati-matinya kan menjaga apa yang telah ia jaga selama hidupnya, yaitu belahan jiwa yang terjauhkan oleh duka, dan akan tetap seperti itu, itulah cinta yang hendak merasuki benakku, penjelmaan yang sederhana dan syahdu, begitu pula kehadirannya yang entah sejak kapan telah tertidur pulas dan tumbuh dalam jiwaku, untuk ia hanya ia belahan jiwaku, sang pelukis cahaya”.

to be continued

menariku , menari ilusi
dalam semu benakku bersama imaji
ku bawa rindu ketika jeda luka itu berhenti, untuk menata lagi patahan hati yang mati , aku kalut kau merayu dengan romansa malam ini, aku hanyut cinta, seketika semua tatapmu menyandra, kau mengunci semua yang ku punya, sekarang kau jadikanku pusatmu, dan aku menjadikanmu peredaranku.

sederhana ketampakan cinta itu mengundang lagi rindu yang berlelah, bahkan aku tak sempat menyadari kedatangannya, kau dan cinta masuk tanpa penahan dariku, ku tahu kini aku bisa apa , menghadangmu aku tak mampu, ada rindu yang memintaku mengalah.
berbaik hati untukku cinta, sebab ada rindu yang selalu datang lagi dan lagi, aku tak punya teman berbagi, ku ingin kamu namun kau telah lebih dulu berbagi rindu bersamanya, aku tidak akan menangis, sungguh, namun rindu ini ku ingin kau tahu sunggu menyiksaku.

cinta ini luar biasa ku sebutkan, abjadnya sertakan namamu di dalamnya, penuhi ceritaku, kau adalah bagian yang tidak boleh hilang, aku akan mencarimu sekejap saja kau tak di pandanganku, ya mungkin ini hal ini gila, tapi aku bicara adanya, kau ada untuk aku jaga dalam cinta, kau ada untuk ku sampaikan rindu yang menyala-nyala, dan kau ada untuk menerimanya.