2012-04-18
B.1
Ketika tangan Tuhan menyentuh keabadian di antara dua jiwa
adam dan hawa , dan kemudian tangan itu melahirkan jiwa ketiga, jiwa yg di
ambil di antara bukit-bukit tinggi asmara, dan perlahan turun di persimpangan
lembah duka dan air mata, ohhhh bukan di
jiwa kami ia turun dan tinggal, namun di dalam jiwaku saja, dan bukan beserta
bahagia ia datang, namun dengan duka, yang ia sebut sebagai kekasihnya, angin
membicarakan perihal rahasia Tuhan yang ia dengar ketika badai musim semi itu
datang, rupanya Tuhan mendekapku dengan ketakutan dan kesakitan, dan
menyembunyikan tawa bahagia sampai berkesudah semua duka, dan ternyata Tuhan
menguji jiwa yang ia tau kian beranjak dewasa.
Ohhh ia mengujiku
dengan Cinta, cinta yang tak bisa bahkan tak mampu untuk ku beri arah, ia
melaju semau-maunya, menggila sejadi-jadinya, bukan tanpa sebab, ia hanya
memilih yang pantas untuk cinta, tak pernah ingin perduli bahkan mengerti,
cinta memilih tanpa memilah, baik kepada yang sempurna bahkan terlampau tak
sempurna, yang suci dan yang kotor, yang alim dan yang dzolim, yang kaya raya
dan yang miskin, cinta hanya menunjuk
tanpa di tunjuk, cinta memilih tanpa nafsu sebab ia melaju suci tanpa membawa
dosa-dosa anak manusia, ia terlahir dari tangan Tuhan yang agung dan di
berkati, untuk para pemilik cinta, dan yang mutlak ialah rahasia duka dan
bahagia .
di jiwaku cinta tlah bertempat dalam semestaku, aku tak pernah
memanggil, bahkan mengundang, ia datang dengan begitu , tanpa aku sadari, tanpa
syarat apapun ku persilahkan, dan tanpa apapun ia mengarahkan seluruh
kehidupanku, aku ingin berlari tapi aku fikir sudah begitu terlambat, aku ingin
mencoba menepis namun ternyata aku fikir aku terlalu naif, sebab aku menikmati
meskipun semua rahasia masih bungkam dan tak mulai berbicara.
Aku bisa apa ?, ku tanya pada malam buta, aku harus apa ? ku
tanya pada pagi yang bisu, apa yang terjadi ? ku tanya pada senja yang
malu-malu, namun semua hanya berpura-pura lugu dalam mata yang tak akan bisa
berdusta.
B.2
Aku tlah menikmati banyak cinta, namun dalam cinta ini aku
merasa begitu berbeda, sebab aku jatuh cinta kepada seseorang yang begitu istimewa, replika hidupnya seperti seniman
penikmat sunyi dan kedinginan yang indah, gelagatnya seperti pelukis cahaya
yang mengabadikan semua goresan awan melalui mata-mata lensa, dan perjalanannya
seperti vespa tua yang mengetahui banyak cerita jalan-jalan jalang yang lugu
serta bisu, ia istimewa seperti IBU ku sebut begitu.
Hampir tak pernah
terhitung namanya ku sebut dalam doa, hampir tak terhitung pula banyak
bayangannya menari-nari dalam asa, ia pekat dan melekat, ia kuat dan
membekaskan rindu saat senyumnya melambai dan menghilang, ia mengalahkanku dan
senja yang mencoba membawanya tenggelam , ia terlalu kuat dan aku mencoba
membunuhnya dengan doa-doa.
Aku menimkati karya surga dimatanya, ketika ku coba rasuki apa
yang ada di dalamnya, meski cinta berbinar dalam mataku, namun ku mencari tak
sedikitpun ku temukan di dalamnya, sebab kita berbeda, dan takan pernah sama,
namun cinta mengajarkanku mengalah, sebab itu aku hanya mampu diam, karena aku
tau aku telah terkalahkan, bukan karena dirinya, bukan karena apapun, melainkan
cinta yang telah tumbuh dan meluas dalam semesta kehidupanku.
B.3
Mendengar suaranya bak menelan seluruh air samudra dan membuat
aku sesak, rasanya aku ingin menggulung habis semua angkuh jiwanya dengan
anak-anak ombak yang kelaparan, namun aku berada di ujung malam buta sementara ia
berada di atas senja dengan jingga yang elok, dan aku tahu malamku tak cukup
kuat dan berani meminang senja yang keindahannya telah di perdengarkan oleh
semesta, terlampau jauh ia mengangkasa, meninggalkan gemuruh asmara yang masih
menengadah di bawah telapak kakinya, sementara ia pergi meninggalkan bekasan
jejak rindu yang membara.
B.4
Seseorang bertanya kepadaku, “ seistimewa apa ia bagimu “ ,
jawabku sederhana ku sebut ia seistimewa IBU, kemudian ia bertanya lagi kepadaku, “
bagaimana mengenai cinta bagimu “, aku terdiam sejenak mencoba mencari-cari
jawaban yang paling baik, Dan kemudian merangkainya menjadi sebuah bahasa hati,
“ cinta adalah pengilhaman jiwa, yang menjadi perantara wahyu dari Tuhan,
merasuki semesta kehidupan anak manusia, menerobos dan tinggal lebih lama,
melahirkan rindu-rindu dan sejuta rasa dunia bagi mereka yang di hadiri cinta,
cinta yang tulus adalah ketika ia tidak mempunyai banyak alasan untuk
menjelaskan mengapa cinta ada, kemudian akan senantiasa mengikuti semua arahan
cinta dan menikamati semua tuntuttan cinta, cinta yang tulus tidak akan pernah
ada untuk memaksa, seseorang yang sedang jatuh cinta akan menjaga kesucian
cintanya hingga ia benar-benar tumbuh tanpa dosa-dosa dan nafsu supaya kelak
akan menjadi energi yang menguatkan, tidak pernah memperdulikan meskipun hati
memadang ke dua arah yaitu sisi bahagia dan duka bak kedua belah mata pisau
yang runcing dan tajam, cinta yang tulus akan tetap melaju, bersorak meski hatinya
menjerit, takan pernah perduli sebab dalam hayatnya akan selalu mengarah pada
belahan jiwanya, semati-matinya kan menjaga apa yang telah ia jaga selama
hidupnya, yaitu belahan jiwa yang terjauhkan oleh duka, dan akan tetap seperti
itu, itulah cinta yang hendak merasuki benakku, penjelmaan yang sederhana dan
syahdu, begitu pula kehadirannya yang entah sejak kapan telah tertidur pulas
dan tumbuh dalam jiwaku, untuk ia hanya ia belahan jiwaku, sang pelukis
cahaya”.