ketika darah tak lagi merah
ku tau alirannya telah terhenti
di ujung kaki yang kaku
putih pasi, dingin membeku
ketika kedua matanya bungkam
takan lagi akan berlinang
dan ku tahu karena sakitnya telah hilang
ketika nafasnya tak membawa suka cita
ku tahu ia takan pernah terlihat lagi
setelah satu detik ini berlalu
dalam duka menjadi sunyi kelabu
ketika ia tak lagi bersuara
ku tahu ia takan pernah lagi bercerita
ketika ia tengah berbaring abadi
ku tahu ia takan pernah akan terbangun lagi
ia telah tertelan waktu
terkubur di bawah tanah yang lapar
menyatu bersama akar kehidupan
sementara yang tinggal hanyalah kenangan
ia telah menciptakan kehidupan
di atas semesta akhirat
menempati tempat terterang
di mana semua bahagia berlindung disana
dan suka cita telah jauh dari tempatnya
karena ia . . .
telah menembus lorong waktu tanpa dosa
berkat air mata yang ku tebarkan
hingga mampu membakar semua kehilafannya
ia telah menyatu dalam hati kecil yang pilu
hati kecil kami yang syahdu
yang selalu menanti kedatangan mimpi yang penuh rindu
mimpi dari ia ayah yang tersembelih ajal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar