Selasa, 06 Maret 2012

Seorang Terkasih

seorang terkasih betanya kepada siang hari " wahai siang hari, tahukah engkau kemana perginya ketenangan yang hakiki ? "
namun siang hari tetap diam dalam pesona sang surya yang anggun, tetap bersahaja dan tangguh bertahtakan cahaya dunia ialah sang surya yang menjadi lentera jiwa-jiwa yang buta.

kemudian ia bertanya pada senja " wahai sang senja, tahukah engkau kemana perginya ketenangan yang hakiki ? "
namun sang senja masih tetap diam dalam keemasan siluetnya yang elok, dalam keheningan yang syahdu.

seorang terkasih yang malang itu kemudian berhenti dalam separuh perjalanannya, ia bersandar pada dermaga yang usang, sejenak memejamkan kedua matanya, hatinya mengaduh, merontak, berdebat pada satu emosi dan ambisi, perjalanan seorang terkasih yang tanpa tuan, untuk mencari ketenangan yang pergi karena kegaduhan yang merajai ruh-ruh tanpa jasadnya.

detik-detik Tuhan semakin berlalu, aroma sang senja semakin memudar begitupun wajah-wajah cakrawala, pucat dan semakin hitam.

kemudian seorang terkasih itu bertanya pada sang malam " wahai malam, tahukah engkau kemana perginya ketenangan yang hakiki ? aku telah berlalu bergegas meninggalkan waktu sebelummu, namun tak ku temukan satu patah katapun dari mereka, akankah kau pun sama akan tetap bungkam ? aku lelah berseteru dengan hukum-hukum ambisi yang serakah ini, aku ingin lepas dan bebas dalam duniaku tanpa tuntutan anak-anak setan."

namun malam masih tetap diam, dalam keseriusan yang tajam, dalam dingin yang mencekam, namun kali ini ia memberi jawaban tanpa perkataan, ia menunjuk ke arah bukit-bukit menjulang yang rimbun dengan pepohonan tua dan menjulang, bahasa isyaratnya seolah menyuruh seorang terkasih untuk menelusuri bukit-bukit dengan pohon-pohon menjulang itu.

seorang terkasih bergegas dari peristirahatannya dan berjalan setapak menuju bukit-bukit itu, semakin jauh ia berjalan semakin berkurang pula suara-suara pemberontak dengan sejuta tuntutan kehidupan dalam alam fikirannya, dan dalam separuh perjalananya ia menemukan satu titik cahaya yang seperti fatamorgana, dari pantulan cahaya purnama dengan muka-muka samudra, ia kemudian menelusuri cahaya dan dalam sekejap ia temukan ketenangan yang hakiki itu, ia melihat ambisi dan emosinya tertinggal dalam malam yang kelam, sementara ia berada dalam cahaya yang begitu damai, ia merasa sendiri, namun ternyata tidak, dalam ketenangannya ia temukan anak-anak peri dunia ghaib yang membawa semangkung cinta dan kasih kudus untuknya, dan malaikat-malaikat membawa dawai-dawai yang merdu  sembari menyanyikan tembang kebahagiaan, dan ia berkata," sahabatku semangkuk cinta yang kau genggam adalah air mata kehilangan dan rasa sayang serta suka cita dari para pacintamu di sana, dan tembang yang aku perdengarkan adalah lantunan doa-doa yang khusu dari para sahabat,kekasih,dan keluargamu, ketahuilah ketenangan ini adalah buah atas kesabaranmu dan keikhlasanmu akan ambisi dan tuntutan duniawi".

seorang terkasih itu telah jauh dari dunia yang penuh tuntutan, dan ia telah menemukan ketenangan yang hakiki dalam rumah Tuhan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar